I. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pangan adalah
sesuatu yang hakiki dan menjadi hak bagi setiap warga negara untuk
memperolehnya. Ketersedian pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik, dan
harganya terjangkau. Salah satu komponen pangan adalah karbohidrat yang
merupakan sumber utama energi bagi tubuh. Di Indonesia tanaman pangan yang
digunakan oleh masyarakat masih terbatas pada beberapa jenis, misalnya singkong
(ubi kayu).
Singkong
merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu atau ketela
pohon. Ketela pohon berasal dari benua amerika, tepatnya dari negara brazil.
Penyebaran hampir ke seluruh dunia, antara lain; Afrika , Madagaskar, India,
Tiongkok. Ketela pohon berkembang dinegara-negara yang terkenal wilayah
pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Di Indonesia, singkong
menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Mamfaat daun
singkong sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk
keperluan yang lain seperti lahan obat-obatan. Kayu nya bisa digunakan sebagai
pagar kebun atau didesa-dea sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.
Dengan perkembangan teknologi, singkong dijadikan bahan dasar pada industri
makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri
obat- obatan.
Indonesia
termasuk negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga sebanyak 13.300.000 ton
setelah brazil sebanyak 25.554.000 ton. Potensi pengembangan ubi kayu di
Indonesia masih sangat luas mengingat lahan yang tersedia untuk budidaya ubi kayu
cukup luas terutama dalam bentuk lahan di dataran rendah serta lahan-lahan di
dataran tinggi dekat kawasan hutan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan
praktikum budidaya ubi kayu ini adalah agar praktikan
dapat mengetahui fase pertumbuhan ganyong dimulai dari stek batangannya dan
fase kehidupan selanjutnya secara detail. Selain itu praktikum budidaya tanaman
ganyong juga bertujuan agar praktikan dapat melakukan pengamatan kualitatif dan
kuantitatif secara benar terhadap setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat
mengkolerasikan antara data peubah ke dalam bentuk informasi sederhana,
lengkap, dan benar.
2.1 Pelaksanaan
Praktikum budidaya
ganyong ini dilakukan di areal lahan praktikum Kampus Gunung Gede, Diploma IPB.
Praktikum dilaksanakan mulai tanggal 23 September 2013
sampai dengan 23 Desember 2013.
2.2
Alat dan bahan
Alat yang biasa
digunakan pada praktikum penanaman ubi kayu antara lain; cangkul, kored,
meteran, tali raffia, dan ember. Sedang kan yang digunakan pada pengamatan
adalah alat tulis dan penggaris. Bahan yang mendukung adalah stek ubi kayu, dan
pupuk kandang
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Penentuan Pola Tanam
Pola tanam
adalah sistem penanaman dalam berusahatani. Pola tanam ada yang dengan sistem
monokultur, yaitu penanaman satu jenis tanaman dalam satu lahan, dan ada yang
sistem tumpangsari, yakni penanaman dua atau lebih jenis tanaman dalam satu
lahan. Pola tanam harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan
tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau
setelah penanaman padi. Jarak antar tanaman yang umum digunakan pada pola
monokultur yaitu 100 x 100 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari,
jarak tanam yang dapat digunakan adalah 150 x 150 cm atau 200 x 200 cm.
Sedangkan pada pola guludan yang diterapkan pada praktikum, jarak tanam antar
baris yang digunakan adalah 30cm x 30cm,dan jarak antar guludan 50cm x 50cm.
2.3.2
Cara Penanaman
Cara penanaman
dilakukan dengan meruncingkan ujung atas stek ubi kayu untuk menghindari
tergenangnya air di batang agar tidak terjadi pembusukkan atau menghindari
patogen penyakit yang biasanya menyukai tempat-tempat yang lembab. Stek
batang kemudian ditanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian
stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam
dangkal saja. Lakukan pemberian pupuk pada saat penanaman. Pupuk
yang digunakan sebagai pupuk dasar ini biasanya adalah pupuk kandang.
Pupuk diberikan di sekeliling tanaman dengan diameter sekitar 100 cm.
Tanah disekeliling tanaman digali atau dibuat parit kecil. Kemudian
pupuk ditaburkan ke dalam parit tersebut. Setelah itu ditutup dengan
tanah dari bekas galian tadi.
2.3.3 Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan membuang gulma yang tumbuh di areal pertanaman ubi kayu. Dalam
satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan. Alat yang
digunakan dalam penyiangan ini dapat berupa cangkul, dan kored , sambil
menggemburkan kembali tanah. Penyiangan harus dilakukan hati-hati,
jangan sampai alat yang kita gunakan melukai tanaman ubi kayu.
Pembumbunan
Cara pembumbunan
dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat
seperti guludan. Waktu pembumbunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal
ini dapat menghemat biaya. Sama halnya dengan penyiangan, pembumbunan penting
dilakukan terutama agar umbi yang terbentuk dalam tanah menjadi besar-besar. Jadi
pembumbunan ini memberikan keleluasaan pada akar agar dapat tumbuh dan
berkembang membentuk umbi dengan baik.
Perempelan/Pemangkasan
Pada budidaya
tanaman ubi kayu perlu dilakukan pemangkasan/pembu-angan tunas, karena minimal
setiap pohon hanya mempunyai dua atau tiga cabang. Hal ini dilakukan agar
batang ubi kayu tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam
mendatang. Selain itu, konsentrasi pertumbuhan tanaman ubi kayu akan lebih
mengarah pada pembentukan umbi, bukan daun. Kecuali dalam pembudidayaan
dengan tujuan untuk dipetik tunasnya.
2.3.2
Pengamatan
Pengamatan pada tanaman ubi kayu berupa dan keragaan hama penyakit yang
menyerang ganyong. Pengamatan jumlah daun berdasarkan varietas dan teknik
penanaman, perbedaan jumlah cabang berdasrkan teknik penanaman, keragaan, dan
hama penyakit yang menyerang ubi kayu. Pengamatan keragaan pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi antar varietas tanaman serta
mengetahui keunggulan masing-masing varietas yang berbeda dari tanaman yang
sama sedangkan hama dan penyakit tanaman perlu diamati agar pembudidaya
mengetahui teknis pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang
diamati.
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Tanaman
Tanaman ubi kayu sering dikenal dengan nama ketela pohon yang banyak tumbuh di daerah
tropis ini, termasuk dalam ;
Kerajaan :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot
esculenta Crantz sin.
Ubi
kayu mempunyai banyak nama, yaitu ketela, keutila, ubi kayee (A-ceh), ubi
parancih (Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado),
bistungkel (Ambon), huwi dangdeur (Sunda), tela pohung (Jawa), tela balandha
(Madura), sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorontalo), lame kayu (Makassar), lame
aju (Bugis), kasibi (Ternate, Tidore) ( Purwono 2009).
Ubi
kayu termasuk
kedalam kelas Dicotyledoneae yang
artinya tanaman ubi kayu termasuk
salah satu jenis tanaman yang memiliki kambium pada batangnya, yang
memungkinkan perkembangbiakkan dengan cara stek pada bagian batangnya.
Ubi
kayu dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu yang digunakan sebagai bahan
pangan dan sebagai bahan baku tapioka. Ubi kayu sebagai bahan pangan harus
memenuhi syarat utama yaitu tidak mengandung racun HCN (<50 mg/Kg umbi
basah). Kandungan HCN yang tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi manusia
maupun hewan, sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar.Ubi kayu yang
dapat dijadikan sebagai bahan pangan diantaranya; Adira-1 (27,5 mg), Malang-1
(<40 mg/kg), dan Darul Hidayah (<40).
Untuk keperluan industri tepung tapioka, umbi dengan kadar HCN tinggi tidak
menjadi masalah karena bahan racun tersebut akan hilang selama pemrosesan
menjadi tepung dan pati. Ubi kayu untuk bahan baku industri memiliki kandungan
HCN seperti Adira-2 (124 mg /kg). Varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam
antara lain Adira-1, Adira-4, Adira-2, Darul Hidayah, Malang-1, Malang-2,
Malang-4, Malang-6, UJ-3, UJ-5. Ubi kayu yang digunakan untuk bahan baku
bioetanol adalah ubi kayu yang memiliki kadar pati dan potensi hasil tinggi;
tahan cekaman biotik dan abiotik; serta umur panen yang fleksibel. Varietas ubi
kayu yang disarankan oleh Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) untuk bahan baku
bioetanol adalah Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5. Hal itu dikarenakan kadar
pati empat varietas tersebut tinggi.
Ubi
kayu termasuk tanaman tropis, tetapi dapat pula beradaptasi dan tumbuh dengan
baik di daerah sub tropis. Secara umum tanaman ini tidak menuntut iklim yang
spesifik untuk pertumbuhannya Jones dalam
Yuliawati (2009). Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik ditempat padi dan jagung
tumbuh tidak baik. Menurut Kusumastuti dalam
Yuliawati (2009) keasaman tanah (pH) berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman, indikator
kemungkinan adanya unsur hara beracun bagi tanaman dan mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH
rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5. Ubi kayu dapat tumbuh pada tanah
dengan keasaman 4,5-8 (optimal 5,8). Ubi kayu juga dikenal sebagai tanaman yang
mampu tumbuh pada lahan-lahan marginal, tetapi produktifitasnya sangat
dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Yuliawati (2009) menambahkan, ubi kayu akan
tumbuh dengan baik pada daerah dibawah 1.500 m dpl dengan curah hujan 750-1.000
mm/tahun dan suhu rata-rata 25-28⁰C. Tanah yang baik untuk pertumbuhannya
adalah tanah lempung berpasir yang cukup hara dan berstruktur gembur. Namun,
dapat pula tumbuh pada tanah dengan tekstur berpasir hingga liat.
Tanaman
singkong terdiri atas batang, daun, bunga, akar yang membentuk umbi, dan kulit
umbi. Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas, dengan ketinggian mencapai
lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna
hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu, atau hijau kelabu.
Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti
gabus. Susunan daun singkong berurat, menjari dengan cangap 5-9 helai. Daun
singkong, terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian
dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran
lain, misalnya daun papaya dan kenikir. Bunga tanaman singkong berumah satu
dengan penyerbukan silang sehingga jarang berbuah. Umbi yang terbentuk merupakan
akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan
cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis
(ari) berwarna kecoklat-coklatan (kering), kulit dalam agak tebal berwarna
keputih-putihan (basah), dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung
varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar yang berbeda. Kulit umbi ini
menutupi umbi secara keseluruhan. Karena kulit umbi mempunyai susunan sel serta
mempunyai lapisan tertentu sehingga kulit umbi dapat dengan mudah dipisahkan
dari bagian umbinya. Kulit umbi ubi kayu memilki warna yang berbeda-beda
tergantung varietas ubi kayu tersebut. Beberapa masyarakat mempercayai warna
kulit umbi mempengaruhi kualitas tekstur umbi.
3.2 Pertumbuhan
Tanaman
Berikut merupakan
hasil pengamatan jumlah daun berdasarkan varietas dan teknik penanaman;
Pengamatan
Minggu Ke-
|
Peubah
Jumlah Daun (Helai)
|
|||||
Varietas
lokal
|
Varietas
roti
|
|||||
|
Tanam
tegak
|
Tanam
miring
|
Tanam
tegak
|
Tanam
miring
|
||
I
|
6
|
3
|
16
|
15
|
||
II
|
9
|
14
|
21
|
28
|
||
III
|
12
|
17
|
29
|
33
|
||
IV
|
15
|
20
|
43
|
43
|
||
V
|
18
|
24
|
58
|
61
|
||
VI
|
21
|
36
|
66
|
81
|
||
Rata-rata
|
13,5
|
19
|
33,4
|
43,5
|
||
Dari tabel diatas, diketahui bahwa
berdasarkan peubah jumlah daun diperoleh rata-rata jumlah daun terbanyak adalah
varietas roti dengan teknik penanaman miring. Sedangkan jumlah daun terendah
dihasilkan oleh varietas lokal dengan teknik penanaman miring. Dari dua
varietas yang dibandingkan, rata-rata pengamatan enam minggu jumlah daun
terbanyak yang diperoleh suatu informasi bahwa teknik penanaman yang baik
adalah teknik penanaman miring sehingga mumlah daun yang tumbuh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah daun yang diperoleh dari teknik penananaman tegak.
Penanaman miring dalam percobaan ini batang dan permukaan tanah membentuk sudut
45-60o. Daun merupakan organ yang memegang peranan yang penting
dalam mengahsilkan energi yang selanjutnya sebagai hasil produksi (pati).
Ketika jumlah daun yang muncul sedikit, kemungkinan besar energi yang
dihasilkanpun sedikit, lalu energi yang dirubah dalam bentuk patipun hanya
sedikit dibandingkan dengan tanaman yang memiliki jumlah daun yang banyak.
Diduga
pada penanaman, posisi tanaman yang digunakan untuk teknik penanaman tegak
terlindung dari pohon besarnyang berada dilahan. Selain unsur hara yang ada di
tanah, tanaman juga memerlukan sinar matahari untuk penyusunan
makanan(fotosintesis). Ketika sinar matajari berkurang, maka energi yang
dihasilkanpun tidak seoptimal tanaman yang memperoleh sinar matahari maksimal.
Sehingga, pertumbuhan vegetatif tanaman (daun yang muncul) tidak optimal pula.
Hal
ini berbanding terbalik dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wargiono,
dkk (2006) yang ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut,
Cara tanam dan
pengolahan tanah
|
Musim Hujan
|
Musim Kemarau
|
||
Daya Tumbuh (%)
|
Hasil Relatif (%)
|
Daya Tumbuh (%)
|
Hasil Relatif (%)
|
|
Posisi setek
·
Vertikal
·
Miring (45o)
·
Horizontal
|
100
100
92
|
100
96
69
|
100
92
71
|
100
92
58
|
Kedalaman tanah
·
10 cm
·
15 cm
|
97
98
|
87
90
|
75
98
|
74
91
|
Pengolahan tanah
·
Guludan (ridge)
·
Tanpa guludan
|
98
98
|
93
84
|
82
93
|
83
84
|
Sumber :
Wargiono dkk 2006 dalam Prihandana 2007
Dalam
tabel yang telah ditampilkan, data diketahui bahwa hasil yang paling baik baik
daya tumbuh maupun hasil relatif adalah penanaman secara vertikal/tegak.hal hal
ini dikarenakan ketika penanaman dilakukan dengan posisi batang vertikal ditujukan agar akar terdistribusi secara
merata. Selain itu, pangkal stek terlebih dahulu harus dipotong secara rata
atau runcing. Volume akar ditanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah
hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Kedalaman
tanam 10-15 cm pada kondisi tanah gembur dan lembab untuk menjaga kesegaran
setek. Sedangkan pada batang yang ditanam dalam posisi batang miring atau
horizontal mendatar), akarmya tidak terdistribusi secara merata seperti stek
yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
Berikut
merupakan hasil pengamatan perbedaan jumlah cabang yang dihasilkan berdasarkan
teknik penanaman,
No
|
Perbedaan
|
Miring
|
Tegak
|
1
|
Jumlah cabang
|
Maksimal 3 cabang (sedang)
|
Maksimal 4 cabang (lebih banyak)
|
Berdasarkan tabel diatas, diketahui
bahwa jumlah cabang terbanyak didapat dari teknik penanaman tegak. Data yang
dihasilkan berbanding terbalik dengan jumlah daun terbanyak yang didapat dari
teknik penanaman miring. Hal ini diduga, cabang terbentuk karena adanya
distribusi akar yang tidak merata sebagaimana telah dijelaskan diatas sehingga
akar tidak dapat menyerap unsur hara secara optimal untuk menghasilkan energi
yang kemudian digunakan unutk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman seperti
cabang.
Berikut merupakan tabel hasil
pengamatan keragaan antar varietas,
NO
|
Perbedaan
|
V. Lokal
|
V. Roti
|
1
|
Ukuran Pangkal
batang
|
Sedang
|
Besar
|
2
|
Warna tangkai
daun
|
Merah ungu
|
Hijau muda
|
3
|
Warna batang
|
Hijau keunguan
|
Hijau muda
|
4
|
Warna daun
|
Hijau muda
|
Agak pekat
|
5
|
Warna pucuk
|
Ungu kecoklatan
|
Hijau, sedikit ungu
|
Dari tabel diatas, diketahui bahwa
perbedaan keragaan dari varietas lokal dn roti terlihat jelas. Varietas roti
memiliki batang yang lebih kecil dibandingkan varietas roti dengan batang yang
lebih besar. Berdasarkan deskripsi diatas, varietas roti tersebut memiliki ciri
yang mirip dengan varietas Malang-6 dengan ciri batang abu kehijauan, daun muda
berwarna hiaju keunguan, tangkai daun hijau, warna batang hijau, dengan tipe
batang bercabang. Sedangkan varietas lokal lebih dominan menunjukkan ciri yang
sama dengan varietas unggul Darul Hidayah dengan ciri warna batang hijau, warna
pucuk keunguan, warna daun hijau, dan warna tangkai daun merah ungu.
3.3 Gejala Serangan
Organisme Pengganggu Tanaman
Beberapa
hama dan penyakit ubi kayu yang banyak menyerang adalah tungau merah, belalang,
uret (Xylothropus spp), babi hutan, cendawan dan bakteri seperti Xanthomonas
campestris pv. Manihotis. (Pinus lingga 1989)
Tungau Merah
Hama utama ubi
kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Hama ini hanya menyerang
pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun. Petani hanya menganggap
keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Menurut Prihandana (2007) hama ini
dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai dengan 95% di rumah kaca. Tungau
dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengancara mengurangi luas areal
fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu.
Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman
stress air, dan kesuburan tanah yang rendah. Untuk pengendalian tungau merah
sebaiknya ubi kayu ditanam di lahan pada awal musim hujan untuk mencegah
terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu 2 bulan. Namun, cara yang
paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam varietas tahan
tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 yang cukup tahan tungau sedangkan UJ-3
dan UJ-5 peka tungau. Oleh karena itu, disarankan UJ-3 dan UJ-5 sebaiknya
ditanam di daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang. Varietas
UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang mempunyai musim kering
relatif panjang.
Kutu putih (Paracoccus
marginatus)
Hama kutu putih
(Paracoccus marginatus) biasanya bergerombol sampai puluhan ribu ekor.
Kutu putih merusak dengan cara mengisap cairan dan menyerang semua bagian
tanaman, dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil
dan keriput seperti terbakar. Hama ini juga menghasilkan embun madu yang
kemudian ditumbuhi cendawan jelaga, sehingga permukaan tanaman yang diserang
akan berwarna hitam. Kutu putih ini merusak tanaman dengan cara menghisap
cairan tanaman; mengeluarkan racun sehingga mengakibatkan terjadinya khlorosis,
kerdil, malformasi daun, daun muda dan buah rontok; banyak menghasilkan eksudat
berupa embun madu; dan dapat menimbulkan kematian tanaman. Dengan demikian,
kutu putih ini memiliki potensi dapat merugikan ekonomis yang cukup tinggi
(Deptan 2008). Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan air sabun atau
alkohol 70%. Apabila serangan hama sudah parah, maka dapat dikendalikan dengan
insektisida (akothion) (Koran Tempo, 15 Agustus 2008).
Kutukebul (Aleurodicus
dispersus Rusell)
Kutukebul
(Hemiptera:Aleyrodidae) merupakan kelompok serangga yang berukuran kecil
berwarna putih dan bertubuh lunak. Serangga ini dinamakan kutukebul karena
kelompok serangga ini apabila berterbangan seperti ”kebul” (”kebul” dalam
bahasa Jawa berarti asap). Kutukebul makan dibawah permukaan daun dari tanaman
inang dan terbang seperti awan ketika diganggu. Di daerah tropis dan subtropis,
kutukebul memelihara/mempertahankan diri dengan berganti fungsi menjadi vektor
virus pada lahan pertanian (Jones dan Jones 1984).
Para
ahli entomologi dan ahli penyakit tanaman mendeskripsikan kutukebul sebagai
kelompok hama yang penting bagi tanaman pertanian. Hal ini karena kutukebul
tidak hanya menyebabkan kerusakan langsung, tetapi juga kerusakan tidak
langsung. Kerusakan langsung yang dimaksud adalah menghisap bahan makanan dan
menginjeksikan racun kedalam jaringan tanaman yang dapat menyebabkan tanaman
inang tampak layu, kerdil dan bahkan mati (Botha et al., 2000).
Kerusakan tidak langsung adalah adanya beberapa spesies yang dapat berperan
sebagai vektor penyakit yang dapat menyebabkan tanaman inang menguning dan daun
mengeriting. Penghisapan cairan tanaman yang dilakukan oleh nimfa juga dapat
menginduksi ketidakteraturan proses fisiologis tanaman (physiological
disorder). Hal tersebut dapat dilihat pada ketidak teraturan waktu matang
tanaman tomat dan daun yang keperakan (silverleaf) pada tanaman famili
Cucurbitaceae.
Keberadaan
kutukebul dapat mengundang patogen lain seperti embun jelaga (contohnya:Capnodium
sp.) untuk hidup dan berkembangbiak pada tanaman inang tersebut. Embun madu
menyediakan substrat yang ideal bagi perkembangan embun jelaga (Hoddle 2004).
Embun madu dapat menutupi daun dan buah tanaman inang sehingga dapat membuat
buah menjadi cacat serta dapat menghalangi cahaya matahari yang diperlukan
tanaman untuk melakukan fotosintesis Watson dalam
Yuliawati (2009) menyatakan, pengendalian dapat dilakukan dengan cara
mekanis, yaitu dengan mengutip satu oersatu kutu kebul yang menyerang ubi kayu.
Namun, jika kutu kebul belum menyebabkan kerugian secara ekonomi, dapat
dibiarkan saja.
Bercak daun
bakteri
Penyakit bercak daun bakteri disebabkan oleh Xanthomonas
manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG. Penyakit ini dapat dikenali
dengan adanya gejala bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan
mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian dapat
dilakukan dengan menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan
bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman, dan sanitasi
kebun.
Layu bakteri (Pseudomonas
solanacearum E.F. Smith)
Ciri
bakteri hidup di daun, akar dan batang. Gejala penyakit berupa daun yang
mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung
membusuk. Pengendalian dapat dilakuakn dengan pergiliran tanaman, menanam
varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan
dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
Bercak daun
coklat (Cercospora heningsii)
Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala berupa daun
bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil, dan jaringan daun
mati. Cara Pengendalian bida dilakukan dengan pelebaran jarak tanam, penanaman
varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi
kebun.
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Ubi kayu merupakan tanaman tropis dengan
pencaran spesies di berbagai tempat. Ubi kayu
dibudidayakan sudah sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Ubi kayu
memiliki beberapa varietas unggulan yang telah dikeluarkan oleh Departemen
Pertanian dengan keunggulan dan ciri yang berbeda. Salah satu varietas yang
dibudidayakan secara turun-temurun adalah ubi kayu lokal dan ubi kayu roti.
Masing-masing varietas ubi kayu tersebut memilki bebrapa kelebihan dan ciri
yang berbeda.
Beradsarkan teknik penanaman, teknik
penanaman tegak merupakan teknik penanaman yang paling baik. Karena diduga akar
mampu terdistribusi secraa merata, sehingga pertumbuhan ubi kayu optimal dan
produksinyapun maksimal.
4.2 Saran
Teknik
budidaya suatu tanaman, diperlukan teknik yang benar agar hasil yang diperoleh
maksimal. Termasuk teknik penanaman. Sebaiknya dalam budidaya ubi kayu
dilakukan dengan posisi stek tegak dan sebaiknya dilakuakn pada musim hujan
agar kebutuhan air ubi kayu tercukupi. Sedangkan penentuan varietas sebaiknya
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan keperluan pembudidaya.
Dalam
pengamatan untuk suatju parameter, sebaiknya diminimalkan faktor penghambat
yang memungkinkan perubahanhasil pengamatan. Seperti pengamatan jumlah daun ubi
kayu antar varietas, diusahakan lokasi penanaman antarv varietas harus sama
(tidak ada variabel yang berbeda, kecuali kontrol). Sehingga, hasil pengamatan
tidak rancu dan benar-benar akurat.
Daftar Pustaka
Botha
J, Hardie D, Power G. 2000. Spiraling Whitefly Aleurodicus disperses, Exotic
Threat to Western Australia. Fact sheet no. 18/2000.
Deptan.
2008. Waspada serangan kutu putih pada tanaman Pepaya. direktorat jenderal
hortikultura http://www.hortikultura.deptan.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=200&Itemid=1 [25 Desember 2013]
Hoddle
MS. 2004. The Biology and Management of Silverleaf Whitefy, Bemisia
argentifolii Bellows and Perring (Homoptera: Aleyrodidae) on Greenhouse
Grown Ornamentals. http://www.biocontrol.ucr.edu/bemisia.html#biology [25 Desember
2013]
Jones Jones.
1984. Pests of field crops. Ed ke-3. USA: Edward Arnold
Lingga Pinus. Bertanam
ubi-ubian. 1989. Jakarta: Penebar Swadaya
Prihandana Rama,
Noerwijari Kartika, Adinurani P.G., Setiyaningsih Dwi, Setiadi Sigit, Hendroko
Roy. 2007. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta:
AgroMedia Pustaka
Purnama D. 2008.
Invasi Kutu dari Meksiko. Koran Tempo, 15 Agustus 2008.
Yuliawati. 2009 Pengelolaan
Tanaman Dan Organisme Pengganggu Tanaman (Opt) Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz.)
Di Kecamatan Ciemas, Sukabumi Dan Kecamatan Dramaga, Bogor (Skripsi). Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.