I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah
tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan tepatnya dari daerah Peru,
Bolivia, dan Equador sejak 2500 tahun sebelum masehi dan masyarakatnya telah
memanfaatkan ganyong sebagai bahan makanan sebelum mengenal padi dan singkong.
Tanaman ini telah tersebar ke Australia, Asia, Polenesia, dan Afrika. Di
Indonesia, ganyong telah dikenal tumbuh sejak tahun 1905. Saat ini ganyong
telah tersebar diseluruh Indonesia dengan pusat sentra Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Bali. Pembudidayaan tidak teratur
meliputi daerah D.I Yogyakarta, Jambi, Lampung, dan Jawa Barat. Sedangkan di
Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, dan Maluku tanaman ini belum dibudidayakan masih berupa
tanaman liar dipekarangan dan di pinggir-pinggir hutan.
Ganyong merupakan tanaman yang memiliki
banyak manfaat, antara lain: umbi mudanya di Amerika Serikat dimakan sebagai
sayuran dan kadang-kadang digunakan sebagai pencuci mulut, umbi tuanya dapat
diperas patinya untuk dibuat tepung, sedangkan daun dan tangkainya dapat
digunakan untuk pakan ternak juga karena bentuknya yang cukup indah dapat
dimanfaatkan untuk tanaman hias. Umbi ganyong juga mengandung karbohidrat yang
cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi
glukosa dan fermentasi etanol. Tepungnya yang baik dan mudah dicerna sangat
dianjurkan untuk konsumsi bayi atau orang sakit. Hingga sisa umbi yang
tertinggal juga dapat dimanfaatkan sebagai kompos.
Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial
sebagai umbi-umbian padat gizi, mudah dibudidayakan, tanaman penutup tanah,
pengendali erosi, tanaman hias dan sekaligus sebagai pupuk kompos. Maka
sudah sepatutnya dikembangkan. Hasilnya selain dapat digunakan untuk
penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting sebagai bahan
dasar industri. Walaupun ganyong memiliki banyak manfaat, konsumsi dan pemanfaatan
ganyong masih terbatas sehingga dapat mengancam kelestariannya. Umbi ganyong
dapat menjadi bahan pangan alternatif saat paceklik. Saat harga bahan makanan
pokok naik, umbi ganyong dapat menjadi salah satu pilihan karena cukup murah
dan bergizi. Oleh karena itu, luas areal pembudidaan ganyong perlu ditingkatkan
untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan nasional.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari pelaksanaan praktikum pembudidayaan ganyong ini adalah agar praktikan
dapat mengetahui fase pertumbuhan ganyong dimulai dari biji hingga proses
selanjutnya secara detail. Selain itu praktikum budidaya tanaman ganyong juga
bertujuan agar praktikan dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar
terhadap setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkolerasikan antara
data peubah ke dalam bentuk informasi sederhana, lengkap, dan benar.
II. BAHAN
DAN METODE
2.1 Pelaksanaan
Praktikum budidaya
ganyong ini dilakukan di areal lahan praktikum Kampus Gunung Gede, Diploma IPB.
Praktikum dilaksanakan mulai tanggal 23 September 2013
sampai dengan 23 Desember 2013.
2.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah
cangkul, kored, gembor, meteran, dan alat tulis. Bahan yang diperlukan pada
praktikum ini adalah bibit Ganyong (Canna edulis Kerr) , pupuk kandang, tali raffia, dan air.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan
dengan membuat guludan masing-masing kelompok dengan tinggi 30 cm, lebar 40 cm,
dan jarak antar guludan 0,6 m dengan dibentuknya guludan maka sekaligus pula
terbentuknya drainase. Kemudian guludan tersebut digemburkan dengan menggunakan
cangkul. Selanjutnya guludan diberi pupuk kandang (kotoran sapi) dengan dosis satu
goni untuk satu guludan. Pupuk kandang tersebut kemudian dicampur dan diratakan
pada guludan.
2.3.2 Penanaman
Penanaman dilakukan setelah
satu minggu pengaplikasian pupuk kandang. Penanaman ganyong dilakukan dengan
membuat lubang dengan kedalaman sekitar 15 cm, kemudian bibit ditanam dengan
arah mata tunas mengahadap keatas. Varietas ganyong yang ditanam terbagi atas
dua varietas yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Setelah bibit ganyong
ditanam, ganyong disiram menggunakan gembor dengan tujuan tanah menjadi lembab
untuk memenuhi kebutuhan air dan mempermudah adaptasi ganyong ketika ditanam.
2.3.3 Pemeliharaan
tanaman
Pengairan
Pengairan disesuaikan
pada kondisi kelembaban tanah dilapang. Ketika tanah, mulai terlihat gersang,
kekurangan air segera lakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor dan secukupnya.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara
mencabut gulma yang ada diatas guludan dengan tujuan menghindari adanya
persaingan unsur hara antara gulma dan tanaman utama (ganyong).
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan
ketika guludan sudah mulai menurun keting-giannya. Pembubunan bertujuan untuk
memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah dan memacu
petumbuhan umbi. Pembumbunan biasanya baru dilakukan ketika tanaman berusia 4
minggu.
2.3.4
Pengamatan
Pengamatan pada tanaman ganyong berupa keragaan dan hama penyakit yang
menyerang ganyong. Pengamatan keragaan dan hama penyakit yang menyerang ganyong
dilkukan serentak pada minggu kedelapan setelah tanam. Pengamatan keragaan pada
dasarnya bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi antar varietas tanaman
serta mengetahui keunggulan masing-masing varietas yang berbeda dari tanaman
yang sama sedangkan hama dan penyakit tanaman perlu diamati agar pembudidaya
mengetahui teknis pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang
diamati.
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Tanaman
Tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini,
termasuk dalam ;
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi :
Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili :
Cannaceae
Genus
: Canna
Spesies
: Canna edulis Ker.
Tanaman ganyong termasuk tanaman menghasilkan
biji (spermatophyta) ketika bunga
dibiarkan berkembang. Ganyong sebagai tanaman monokotil tidak memiliki kambium
pada bagian batangnya. Bersama dengan jahe dan tanaman herba lainnya ganyong termasuk
kedalam ordo Zingeberales yang dimanfaatkan umbinya sebagai obat di Philipina.
Tanaman
ini tetap hijau sepanjang hidupnya. Warna batang, daun dan pelepahnya
tergantung pada varietasnya, begitu pula warna sisik umbinya. Tingginya 0,918
meter. Sedang apabila diukur lurus, panjang batangnya bisa mencapai tiga meter.
Panjang batang dalam hal ini diukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung
rhizoma atau sering disebut dengan umbi. (deptan.go.id)
Bentuk tanaman ganyong adalah berumpun dan
merupakan tanaman herba, semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta
kelopak bunganya sedikit berlilin. Daun tersusun secara spiral dengan pelepah
besar terbuka, kadang-kadang bertangkai daun pendek, helaian daun bulat telur
sempit sampai jorong sempit. Daun tersusun secara spiral dengan pelepah besar
terbuka, kadang-kadang bertangkai daun pendek, helaian daun bulat telur sempit
sampai jorong sempit. Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanya sederhana
tetapi kadang-kadang bercabang, muncul tunggal atau berpasangan, tidak teratur,
bunga biseksual. (Flach dan Rumawas 1996).
Ganyong dapat tumbuh baik di berbagai iklim,
dengan penyebaran curah hujan tahunan 1000-1200 mm, akan menghasilkan
pertumbuhan yang memuaskan. Jenis tersebut cenderung tumbuh pada daerah yang
kering, tetapi bertoleransi pada tempat-tempat basah (bukan tempat yang
tergenang air), juga sangat toleransi terhadap naungan. Pertumbuhan normal
terjadi pada suhu di atas 10°C, tetapi juga dapat hidup pada suhu tinggi
(30-32°C) dan bertoleransi pada kondisi sedikit beku. Ganyong tumbuh mulai dari
pantai sampai pada ketinggian 1000-2900 m dpl. dan tumbuh dengan subur pada
banyak tipe tanah, termasuk daerah-daerah marginal (misalnya tanah latosol
asam); tetapi lebih menyukai tanah liat berpasir dalam, kaya akan humus serta
bertoleransi pada kisaran pH 4.5-8.0 (Flach dan Rumawas 1996).
3.2 Pertumbuhan Tanaman
Berikut merupakan hasil pengamatan
keragaan varietas ganyong merah dan putih yang sedang dibudidayakan;
No
|
Parameter
|
Jenis Ganyong
|
|
Merah
|
Putih
|
||
1
|
Batang
|
Lebih besar dan tinggi
|
Lebih kecil dan rendah
|
2
|
Ukuran daun
|
Lebih panjang dan lebar
|
Lebih pendek dan kecil
|
3
|
Warna, pinggiran, tangkai, dan pelepah daun
|
Merah hingga keunguan
|
Hijau
|
Dari tabel diatas, dapat diketahui secara
jelas perbedaan morfologi yang muncul antara ganyong varietas merah dan ganyong
varietas putih. Keanekaraga-man tanaman
dapat dilihat berdasarkan ciri morfologi atau menggunakan penanda molekuler
(Yunus 2007). Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologi luar spesies suatu
tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubu-ngan kekerabatan
(Suskendriyati dkk. 2000).
Diketahui dari tabel diatas bahwa ganyong merah
memiliki ukuran batang
yang lebih tinggi sekitar 75,4 cm dibandingkan ganyong
putih yang hanya sekitar 71 cm. (Suhartini
dan Hadiatmi 2010).
Pengamatan yang dilakukan dilapang dan
disajikan dalam tabel diatas, diketahui bahwa daun ganyong merah lebih panjang
dan lebar dibandingkan ganyong putih. Pada umumnya daun ganyong merah memang
lebih besar dan panjang (sekitar 34,8 cm dan 16,9 cm) dibandingkan ganyong
putih yang berukuran panjang rata-rata 32, 2 cm dan lebar daun 15,8 cm. (Suhartini dan Hadiatmi 2010).
Warna pinggiran, tangkai, dan pelepah daun
ganyong merah berwarna kemerahan sedangkan ganyong putih berwarna hijau.
Perbedaan ini bisa terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya;
a. genetika: merupakan faktor yang sangat penting, yang
mempengaruhi faktor ini misalnya adalah akibat perkawinan antar spesies yang
sama dengan karakteristik genetika yang berbeda. maka variasi atau varietas
pada satu jenis tanaman semakin tinggi. Misalnya padi yang mempunyai banyak
varietas karena dikembangkan sifat baiknya untuk kemajuan produktifitas
pertanian.
b. Habitat (Tempat Hidup) Sutau jenis tanaman disuatu tempat
tentunya akan berbeda pula dengan tempat yang lain. Misalnya buah kelapa di
Indonesia kemungkinan besar akan berbeda dengan buah kelapa yang tumbuh di
Thailand ataupun negara lainnya yang mempunyai karakter lingkungan yang
berbeda.
c. Iklim. Suatu jenis
tanaman yang sama jika ditanam di dua tempat yang berbeda dengan kondisi iklim
yang berbeda pula maka sifat dari tanaman itu sedikit demi sedikit akan
berubah. Inilah yang kemudian menjadi dasar evolusi dan kemampuan adaptasi pada
tanaman.
d. Ketersediaan Unsur hara; faktor ini berkaitan dengan
habitat dan karakter iklim. Dalam sebuah tempat akan berbeda ketersediaan unsur
haranya dengan tempat lain, tergantung pada faktor iklim dan habitat. baik itu
karena keragaman dekomposer maupun ketersediaan air di tempat tersebut. Hal ini
sangat menentukan tingkat ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
yang kemudian akan mempengaruhi sifat tanaman.
Beberapa perbedaan lain yang tidak sempat diamati
(dikarenakan rentang waktu yang tidak mencukupi) dapat dijumpai pada ganyong
merah dan ganyong putih adalah rasa ganyong merah lebih manis dibanding ganyong
ganyong putih. Ganyong merah agak tahan sinar dan tahan kekeringan, serta sulit
menghasilkan biji. Hasil rimpang basah lebih besar tapi kadar patinya rendah.
Rimpang lazim dimakan segar atau direbus. Ganyong putih lebih kecil dan pendek,
kurang tahan sinar tetapi tahan kekeringan, selalu menghasilkan biji dan dapat
diperbanyak menjadi anakan tanaman. Hasil rimpang basah lebih kecil, tapi kadar
patinya tinggi dan hanya lazim diambil patinya (Nuryadin 2008).
3.3 Gejala Serangan
Organisme Pengganggu Tanaman
Kebersihan
bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma sangat penting untuk
diperhatikan, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Karena pada saat iti
bibit mulai bertunas dan banyak memerlukan zat hara dan mineral. Dengan tidak
adanya gulma maka tidak ada kompetisi antara bibit dengan gulma dalam
memperebutkan faktor tumbuh tersebut. Pembumbunan ini dapat dilakukan pada saat
ganyong berumur 2-2.5 bulan atau sekitar delapan minggu setelah tanam.
Dari hasil pengamatan, terlihat gejala berkas
gigitan ulat yang berada di tengah dan tepi daun. Diketahui penyebab gejala
pada daun adalah ulat tanah dan belalang.
3.3.1 Ulat Tanah
(Agrotis sp)
Ulat
Agrotis ini terutama menyerang tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai
daun, akibatnya tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat menga-kibatkan
kerugian yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara
pemberantasannya dapat dengan kultur teknis, yaitu dengan pembersihan rerum-putan
di sekitar tanaman. Dapat juga dengan mengumpulkan ulat-ulat tanah terse-but di
siang hari, karena pada siang hari ulat-ulat ini berada di sekitar pangkal
batang. Cara pemberantasan yang terakhir dengan menggunakan insektisida Dursban
20%E.C., Hostathion 40 % E.C. dan Phosvel 30 % E.C (Ashary 2010).
3.3.2 Belalang dan Kumbang
Akibat kerusakan dari kedua hama ini
sebenarnya tidak secara langsung, tetapi merupakan akibat sekunder. Belalang
dan kumbang biasanya menyerang tanaman dengan memakan daundaun ganyong, dengan
demikian jumlah permukaan daun berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan
akibatnya pembentukan umbipun terhambat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pem-berantasan
secara kimiawi, dengan insektisida Agrothion 50, dosis 0,6 – 2 l/ha. (Ashary
2010).
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Ganyong merupakan tanaman herba umbi-umbian sekaligus
penghasil karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat yang cukup
tinggi pada ganyong memberikan potensi yang cukup besar untuk menjadikan
ganyong berguna dalam mengurangi ketergantungan masyarakat pada komoditas padi
saja. Ganyong yang sering dibudidayakan adalah ganyong varietas merah dan
ganyong varietas putih. Perbedaan morfologi antara keduanya bisa dilihat secara
langsung. Ganyong cukup mudah dibudidayakan dan termasuk tanaman tahan terhadap
serangan penyakit. Pembudidayaan ganyong bermanfaat untuk mengurangi
ketergantungan masarakat Indonesia akan padi.
4.2 Saran
Selain
mengamati keragaan, sebaiknya pengamatan juga meliputi jumlah daun dan tinggi
tanaman sehingga pembudidaya dapat menilai dan mengamati ganyong tersebut
tumbuh secara baik dan maksimal atau tidak dan sesuai dengan kultivar
masing-masing. Selain itu, dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi,
seharusnya bisa dibaca dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia
untuk melakukan diversifikasi pangan dengan mengubah pola kebiasaan konsumsi
beras dengan ganyong atau umbi-umbian lainnya.
Daftar
Pustaka
Ashary, Santi
Silfiana. 2010. Studi Keragaman Ganyong
(Canna Edulis Ker.) Di
Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta Berdasarkan Ciri Morfologi Dan Pola Pita
Isozim (Skripsi). Surakarta. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengeta-huan Alam. Universitas Sebelas Maret.
Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plant Resources of
South East Asia No. 9. Plants Yielding Non Seed Carbohydrates. Prosea
Foundation, Bogor.
Nuryadin, A. 2008. Budidaya Ganyong.
http://www.featikabsinjai.blogspot.com/ [10 Mei 2009].
Suhartini Titin dan Hadiatmi. 2010.
Keragaman Karakter Morfologi Tanaman
Ganyong. Bogor.
Suskendriyati, H., A. Wijayati, N. Hidayah, D.
Cahyuningdari. 2000. Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak
Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) Di Dataran Tinggi Sleman. Biodiversitas
1 (2): 59-64.
Yunus, A. 2007. Identifikasi Keragaman Genetik Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) di Jawa Tengah Berdasarkan Penanda Isoenzim. Biodiversitas
8 (3): 249-252.
Pengolahan Umbi Non
Konvensional (Ganyong, Garut, Gadung, Gembili Dan Uwi). eBook pangan.com.
2009.