My random galleries

Jumat, 24 Januari 2014

Budidaya Ganyong


I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan tepatnya dari daerah Peru, Bolivia, dan Equador sejak 2500 tahun sebelum masehi dan masyarakatnya telah memanfaatkan ganyong sebagai bahan makanan sebelum mengenal padi dan singkong. Tanaman ini telah tersebar ke Australia, Asia, Polenesia, dan Afrika. Di Indonesia, ganyong telah dikenal tumbuh sejak tahun 1905. Saat ini ganyong telah tersebar diseluruh Indonesia dengan pusat sentra Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.  Pembudidayaan tidak teratur meliputi daerah D.I Yogyakarta, Jambi, Lampung, dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku tanaman ini belum dibudidayakan masih berupa tanaman liar dipekarangan dan di pinggir-pinggir hutan.
Ganyong merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, antara lain: umbi mudanya di Amerika Serikat dimakan sebagai sayuran dan kadang-kadang digunakan sebagai pencuci mulut, umbi tuanya dapat diperas patinya untuk dibuat tepung, sedangkan daun dan tangkainya dapat digunakan untuk pakan ternak juga karena bentuknya yang cukup indah dapat dimanfaatkan untuk tanaman hias. Umbi ganyong juga mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi glukosa dan fermentasi etanol. Tepungnya yang baik dan mudah dicerna sangat dianjurkan untuk konsumsi bayi atau orang sakit. Hingga sisa umbi yang tertinggal juga dapat dimanfaatkan sebagai kompos.
Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai umbi-umbian padat gizi, mudah dibudidayakan, tanaman penutup tanah, pengendali erosi, tanaman hias dan sekaligus sebagai pupuk kompos. Maka sudah sepatutnya dikembangkan. Hasilnya selain dapat digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting sebagai bahan dasar industri. Walaupun ganyong memiliki banyak manfaat, konsumsi dan pemanfaatan ganyong masih terbatas sehingga dapat mengancam kelestariannya. Umbi ganyong dapat menjadi bahan pangan alternatif saat paceklik. Saat harga bahan makanan pokok naik, umbi ganyong dapat menjadi salah satu pilihan karena cukup murah dan bergizi. Oleh karena itu, luas areal pembudidaan ganyong perlu ditingkatkan untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan nasional.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum pembudidayaan ganyong ini adalah agar praktikan dapat mengetahui fase pertumbuhan ganyong dimulai dari biji hingga proses selanjutnya secara detail. Selain itu praktikum budidaya tanaman ganyong juga bertujuan agar praktikan dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkolerasikan antara data peubah ke dalam bentuk informasi sederhana, lengkap, dan benar.





II. BAHAN DAN METODE


2.1 Pelaksanaan

Praktikum budidaya ganyong ini dilakukan di areal lahan praktikum Kampus Gunung Gede, Diploma IPB. Praktikum dilaksanakan mulai tanggal 23 September 2013 sampai dengan 23 Desember 2013.


2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, gembor, meteran, dan alat tulis. Bahan yang diperlukan pada praktikum ini  adalah  bibit Ganyong (Canna edulis Kerr) , pupuk kandang, tali raffia, dan air.


2.3  Prosedur Kerja

2.3.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan membuat guludan masing-masing kelompok dengan tinggi 30 cm, lebar 40 cm, dan jarak antar guludan 0,6 m dengan dibentuknya guludan maka sekaligus pula terbentuknya drainase. Kemudian guludan tersebut digemburkan dengan menggunakan cangkul. Selanjutnya guludan diberi pupuk kandang (kotoran sapi) dengan dosis satu goni untuk satu guludan. Pupuk kandang tersebut kemudian dicampur dan diratakan pada guludan.

2.3.2   Penanaman

Penanaman dilakukan setelah satu minggu pengaplikasian pupuk kandang. Penanaman ganyong dilakukan dengan membuat lubang dengan kedalaman sekitar 15 cm, kemudian bibit ditanam dengan arah mata tunas mengahadap keatas. Varietas ganyong yang ditanam terbagi atas dua varietas yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Setelah bibit ganyong ditanam, ganyong disiram menggunakan gembor dengan tujuan tanah menjadi lembab untuk memenuhi kebutuhan air dan mempermudah adaptasi ganyong ketika ditanam.


2.3.3   Pemeliharaan tanaman

Pengairan
Pengairan disesuaikan pada kondisi kelembaban tanah dilapang. Ketika tanah, mulai terlihat gersang, kekurangan air segera lakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan secukupnya.



Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang ada diatas guludan dengan tujuan menghindari adanya persaingan unsur hara antara gulma dan tanaman utama (ganyong).

Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan ketika guludan sudah mulai menurun keting-giannya. Pembubunan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah dan memacu petumbuhan umbi. Pembumbunan biasanya baru dilakukan ketika tanaman berusia 4 minggu.
           
2.3.4   Pengamatan

Pengamatan pada tanaman ganyong berupa keragaan dan hama penyakit yang menyerang ganyong. Pengamatan keragaan dan hama penyakit yang menyerang ganyong dilkukan serentak pada minggu kedelapan setelah tanam. Pengamatan keragaan pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi antar varietas tanaman serta mengetahui keunggulan masing-masing varietas yang berbeda dari tanaman yang sama sedangkan hama dan penyakit tanaman perlu diamati agar pembudidaya mengetahui teknis pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang diamati.

























III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi Tanaman
            Tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini, termasuk dalam ;
Kerajaan          :  Plantae
Divisi               :  Spermatophyta
Sub Divisi        :  Angiospermae
Kelas               :  Monocotyledoneae
Ordo                :  Zingeberales
Famili              :  Cannaceae
Genus              :  Canna
Spesies            :  Canna edulis Ker.

Tanaman ganyong termasuk tanaman menghasilkan biji (spermatophyta) ketika bunga dibiarkan berkembang. Ganyong sebagai tanaman monokotil tidak memiliki kambium pada bagian batangnya. Bersama dengan jahe dan tanaman herba lainnya ganyong termasuk kedalam ordo Zingeberales yang dimanfaatkan umbinya sebagai obat di Philipina.
 Tanaman ini tetap hijau sepanjang hidupnya. Warna batang, daun dan pelepahnya tergantung pada varietasnya, begitu pula warna sisik umbinya. Tingginya 0,918 meter. Sedang apabila diukur lurus, panjang batangnya bisa mencapai tiga meter. Panjang batang dalam hal ini diukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau sering disebut dengan umbi. (deptan.go.id)
Bentuk tanaman ganyong adalah berumpun dan merupakan tanaman herba, semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin. Daun tersusun secara spiral dengan pelepah besar terbuka, kadang-kadang bertangkai daun pendek, helaian daun bulat telur sempit sampai jorong sempit. Daun tersusun secara spiral dengan pelepah besar terbuka, kadang-kadang bertangkai daun pendek, helaian daun bulat telur sempit sampai jorong sempit. Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanya sederhana tetapi kadang-kadang bercabang, muncul tunggal atau berpasangan, tidak teratur, bunga biseksual. (Flach dan Rumawas 1996).
Ganyong dapat tumbuh baik di berbagai iklim, dengan penyebaran curah hujan tahunan 1000-1200 mm, akan menghasilkan pertumbuhan yang memuaskan. Jenis tersebut cenderung tumbuh pada daerah yang kering, tetapi bertoleransi pada tempat-tempat basah (bukan tempat yang tergenang air), juga sangat toleransi terhadap naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10°C, tetapi juga dapat hidup pada suhu tinggi (30-32°C) dan bertoleransi pada kondisi sedikit beku. Ganyong tumbuh mulai dari pantai sampai pada ketinggian 1000-2900 m dpl. dan tumbuh dengan subur pada banyak tipe tanah, termasuk daerah-daerah marginal (misalnya tanah latosol asam); tetapi lebih menyukai tanah liat berpasir dalam, kaya akan humus serta bertoleransi pada kisaran pH 4.5-8.0 (Flach dan Rumawas 1996).



3.2 Pertumbuhan Tanaman

            Berikut merupakan hasil pengamatan keragaan varietas ganyong merah dan putih yang sedang dibudidayakan;

No
Parameter
Jenis Ganyong
Merah
Putih
1
Batang
Lebih besar dan tinggi
Lebih kecil dan rendah
2
Ukuran daun
Lebih panjang dan lebar
Lebih pendek dan kecil
3
Warna, pinggiran, tangkai, dan pelepah daun
Merah hingga keunguan
Hijau

Dari tabel diatas, dapat diketahui secara jelas perbedaan morfologi yang muncul antara ganyong varietas merah dan ganyong varietas putih.  Keanekaraga-man tanaman dapat dilihat berdasarkan ciri morfologi atau menggunakan penanda molekuler (Yunus 2007). Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologi luar spesies suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubu-ngan kekerabatan (Suskendriyati dkk. 2000).
Diketahui dari tabel diatas bahwa ganyong merah memiliki ukuran batang
yang lebih tinggi sekitar 75,4 cm dibandingkan ganyong putih yang hanya sekitar 71 cm. (Suhartini dan Hadiatmi 2010).
Pengamatan yang dilakukan dilapang dan disajikan dalam tabel diatas, diketahui bahwa daun ganyong merah lebih panjang dan lebar dibandingkan ganyong putih. Pada umumnya daun ganyong merah memang lebih besar dan panjang (sekitar 34,8 cm dan 16,9 cm) dibandingkan ganyong putih yang berukuran panjang rata-rata 32, 2 cm dan lebar daun 15,8 cm. (Suhartini dan Hadiatmi 2010).
Warna pinggiran, tangkai, dan pelepah daun ganyong merah berwarna kemerahan sedangkan ganyong putih berwarna hijau. Perbedaan ini bisa terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya;
a.       genetika: merupakan faktor yang sangat penting, yang mempengaruhi faktor ini misalnya adalah akibat perkawinan antar spesies yang sama dengan karakteristik genetika yang berbeda. maka variasi atau varietas pada satu jenis tanaman semakin tinggi. Misalnya padi yang mempunyai banyak varietas karena dikembangkan sifat baiknya untuk kemajuan produktifitas pertanian.
b.    Habitat (Tempat Hidup) Sutau jenis tanaman disuatu tempat tentunya akan berbeda pula dengan tempat yang lain. Misalnya buah kelapa di Indonesia kemungkinan besar akan berbeda dengan buah kelapa yang tumbuh di Thailand ataupun negara lainnya yang mempunyai karakter lingkungan yang berbeda.
c.     Iklim. Suatu jenis tanaman yang sama jika ditanam di dua tempat yang berbeda dengan kondisi iklim yang berbeda pula maka sifat dari tanaman itu sedikit demi sedikit akan berubah. Inilah yang kemudian menjadi dasar evolusi dan kemampuan adaptasi pada tanaman.
d.   Ketersediaan Unsur hara; faktor ini berkaitan dengan habitat dan karakter iklim. Dalam sebuah tempat akan berbeda ketersediaan unsur haranya dengan tempat lain, tergantung pada faktor iklim dan habitat. baik itu karena keragaman dekomposer maupun ketersediaan air di tempat tersebut. Hal ini sangat menentukan tingkat ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang kemudian akan mempengaruhi sifat tanaman.
Beberapa perbedaan lain yang tidak sempat diamati (dikarenakan rentang waktu yang tidak mencukupi) dapat dijumpai pada ganyong merah dan ganyong putih adalah rasa ganyong merah lebih manis dibanding ganyong ganyong putih. Ganyong merah agak tahan sinar dan tahan kekeringan, serta sulit menghasilkan biji. Hasil rimpang basah lebih besar tapi kadar patinya rendah. Rimpang lazim dimakan segar atau direbus. Ganyong putih lebih kecil dan pendek, kurang tahan sinar tetapi tahan kekeringan, selalu menghasilkan biji dan dapat diperbanyak menjadi anakan tanaman. Hasil rimpang basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi dan hanya lazim diambil patinya (Nuryadin 2008).


3.3 Gejala Serangan Organisme Pengganggu Tanaman

            Kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma sangat penting untuk diperhatikan, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Karena pada saat iti bibit mulai bertunas dan banyak memerlukan zat hara dan mineral. Dengan tidak adanya gulma maka tidak ada kompetisi antara bibit dengan gulma dalam memperebutkan faktor tumbuh tersebut. Pembumbunan ini dapat dilakukan pada saat ganyong berumur 2-2.5 bulan atau sekitar delapan minggu setelah tanam.
Dari hasil pengamatan, terlihat gejala berkas gigitan ulat yang berada di tengah dan tepi daun. Diketahui penyebab gejala pada daun adalah ulat tanah dan belalang.

3.3.1 Ulat Tanah (Agrotis sp)
            Ulat Agrotis ini terutama menyerang tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai daun, akibatnya tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat menga-kibatkan kerugian yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara pemberantasannya dapat dengan kultur teknis, yaitu dengan pembersihan rerum-putan di sekitar tanaman. Dapat juga dengan mengumpulkan ulat-ulat tanah terse-but di siang hari, karena pada siang hari ulat-ulat ini berada di sekitar pangkal batang. Cara pemberantasan yang terakhir dengan menggunakan insektisida Dursban 20%E.C., Hostathion 40 % E.C. dan Phosvel 30 % E.C (Ashary 2010).

3.3.2 Belalang dan Kumbang
Akibat kerusakan dari kedua hama ini sebenarnya tidak secara langsung, tetapi merupakan akibat sekunder. Belalang dan kumbang biasanya menyerang tanaman dengan memakan daundaun ganyong, dengan demikian jumlah permukaan daun berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan akibatnya pembentukan umbipun terhambat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pem-berantasan secara kimiawi, dengan insektisida Agrothion 50, dosis 0,6 – 2 l/ha. (Ashary 2010).





IV KESIMPULAN


4.1 Kesimpulan

Ganyong merupakan tanaman herba umbi-umbian sekaligus penghasil karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi pada ganyong memberikan potensi yang cukup besar untuk menjadikan ganyong berguna dalam mengurangi ketergantungan masyarakat pada komoditas padi saja. Ganyong yang sering dibudidayakan adalah ganyong varietas merah dan ganyong varietas putih. Perbedaan morfologi antara keduanya bisa dilihat secara langsung. Ganyong cukup mudah dibudidayakan dan termasuk tanaman tahan terhadap serangan penyakit. Pembudidayaan ganyong bermanfaat untuk mengurangi ketergantungan masarakat Indonesia akan padi.


4.2 Saran

            Selain mengamati keragaan, sebaiknya pengamatan juga meliputi jumlah daun dan tinggi tanaman sehingga pembudidaya dapat menilai dan mengamati ganyong tersebut tumbuh secara baik dan maksimal atau tidak dan sesuai dengan kultivar masing-masing. Selain itu, dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, seharusnya bisa dibaca dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan diversifikasi pangan dengan mengubah pola kebiasaan konsumsi beras dengan ganyong atau umbi-umbian lainnya.






















Daftar Pustaka


Ashary, Santi Silfiana. 2010. Studi Keragaman Ganyong (Canna Edulis Ker.) Di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta Berdasarkan Ciri Morfologi Dan Pola Pita Isozim (Skripsi). Surakarta. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengeta-huan Alam. Universitas Sebelas Maret.

Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9. Plants Yielding Non Seed Carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor.

Nuryadin, A. 2008. Budidaya Ganyong. http://www.featikabsinjai.blogspot.com/ [10 Mei 2009].

Suhartini Titin dan Hadiatmi. 2010. Keragaman Karakter Morfologi Tanaman Ganyong. Bogor.

Suskendriyati, H., A. Wijayati, N. Hidayah, D. Cahyuningdari. 2000. Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) Di Dataran Tinggi Sleman. Biodiversitas 1 (2): 59-64.

Yunus, A. 2007. Identifikasi Keragaman Genetik Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Jawa Tengah Berdasarkan Penanda Isoenzim. Biodiversitas 8 (3): 249-252.

Pengolahan Umbi Non Konvensional (Ganyong, Garut, Gadung, Gembili Dan Uwi). eBook pangan.com. 2009.

 [BPP SDM Pertanian] Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2010. Penanaman Dan Pemeliharaan Ganyong. Jakarta. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penanaman-dan-pemeliharaan-ganyong. ( 2013 Desember 10).

www.http://deptan.go.id diakses pada 10 Desember 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar